brahmanda sandie

brahmanda sandie

Minggu, 04 Januari 2015

Gossip

Pagi terduduk dikursi depan memegang remote berharap dapat menonton acara tv yang menarik. Jangan salah sangka, saya tidak banyak menonton tv kecuali berita, movies dan olahraga terlebih dipagi hari. Tv menyala langsung disambut presenter infotaiment (gossip), what?? Pagi-pagi udah nongol aja tuh gossip. Secangkir kopi sebatang rokok ditemani acara gossip why not?
Memang bukan kali ini saja saya melihat acara gossip pagi, karena acara semacam ini sudah menyaingi bahkan mungkin lebih penting dari sebuah berita yaitu ditayangkan 3x sehari (minum obat kali), dengan efek samping setelah menonton acara tadi adalah mulut meracau, emosi yang tidak stabil dan berhalusinasi.
Tidak pernah habis pikir mengapa kehidupan mereka (selebritis) yang kebanyakan jauh dari menginspirasi terus ditayangkan hanya untuk uang dan popularitas serta mereka yang bangga kehidupan pribadinya diexspose dan jadi konsumsi umum. Masyarakat kita yang rata-rata berfikir konsumtif dan profit menambah popular acara tersebut (hampir semua ststion tv) memiliki acara seperti itu. Pikiran masyarakat yang berfikir kehidupan yang layak itu adalah popular banyak uang dan hura-hura sedikit-sedikit merusak mental mereka sendiri.
Setiap acara bahkan iklan menyimpan pesan yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata dan itu cenderung kepada alam bawah sadar kita sebagai penonton. Hanya sepersekian detik saja pesan alam bawah sadar itu disampaikan tapi sangat berpengaruh dengan tanpa sadar kita akan melakukan hal yang disampaikan pesan tadi. Sebagai contoh pesan bawah sadar dari acara gossip adalah bahwa hidup sebagai selebritis itu enak, kaya raya dan sepertinya mudah. Sehingga sedikit-sedikit paham itu menempel dalam pikiran penonton tanpa mereka sadari.
Parah, satu kata saja yang bisa saya ungkapkan untuk kejadian ini, yaitu justru banyak penonton dari acara ini adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dalam usia sekolah (SD dan SMP). Bukan hanya itu saja, sosok idola mereka sendiri dari kalangan seleb adalah masih dalam usia anak-anak. Anak kecil yang menjadi public pigur merupakan sebagai dampak dari kurang sadarnya orang tua akan tumbuh kembang anak mereka sendiri hak-hak mereka terampas begitu saja. Sebagai contoh Baim, Mancung, dan anak-anak lain yang sudah dipaksa dieksplor diusia mereka yang masih sangat muda.
Perkembangan-perkembangan mereka terganggu seperti perkembangan afektif, kognitif, moralitas dan perkembangan kepribadian bahkan perkembangan keagamaan mereka terganggu secara mendasar. Seharusnya dalam usia seperti itu mereka dilindungi dari pengruh luar disini kita akan mudah menemukan anak-anak yang dewasa lebih cepat, bukan dalam pola pikir tapi dalam angan-angan dan life stlye. Miris dan kasihan seharusnya mereka mendapat pendidikan dan menjadi tanggung jawab penuh orang tua sekarang mereka harus dipaksa kehilangan masa kecilnya gara-gara jadwal syuting dan sesi foto lebih sedihnya adalah bahwa orang tua mereka sendiri cenderung senang dengan rutinitas anaknya.
Acara pencarian bakat, sinetron dan reality show atau fasilitas you tube menjadi sebagian jalan untuk meraih jalan popularitas. Iya memang banyak anak-anak Indonesia yang bertalenta luar biasa tapi haruskah mereka diekspos diusia semuda itu? Mereka belum mengatahui apapun diluar sana, kemana orang tua mereka yang harusnya melindungi mereka?? Kemana pendidikan moral yang katanya diajarkan? Benarkah tumbuh kembang mereka secara psikologis itu sesuai dengan usia mereka?? Atau kah alasan kuat mereka lebih dipertaruhkan dengan perkembangan buah hati mereka sendiri?? Aji mumpunglah, karena berasal dari keluarga tidak mampulah. Pantas saja Negara kita tidak pernah menemukan lagi sosok darah muda yang matang dan bermental baja, karena semenjak mereka kecil mereka sudah diajarkan dengan mental DO and REWARD. What The Fuck.


(CurugApid, 3-1-2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar