brahmanda sandie

brahmanda sandie

Rabu, 31 Desember 2014

Coretan 2014

Sudah banyak sekali peristiwa, moment, harapan dan kenyataan selama tahun 2014 yang telah kita lewati. Peristiwa penting atau tidak penting, moment sedih atau bahagia, saya coba disusun dalam coretan 2014.
Memasuki awal tahun 2014 harapan saya menyelesaikan Tugas Akhir terpenuhi dibulan januari minggu pertama entah kedua (lupa) ditandai dengan sidang Tugas Akhir. Tugas Akhir ini menjadi awal kebangkitan semangat saya untuk menyelesaikan studi S-1 saya yang sempat saya tinggalkan sebelumnya hampir selama 6 bulan. Pengerjaannya pun terbilang luar biasa hanya memakan waktu sekitar 2 bulan saja dan mungkin menjadi rekor penyelesaian tugas akhir hahah.
Setelah selesainya Tugas Akhir saya berfikir saya bisa menyelesaikan studi tahun 2014, saya bergegas untuk mengajukan ide-ide untuk pembuatan skripsi yang saya mulai sekitar akhir febuari. Tapi ternyata membuat karya yang tidak sekedar menyelesaikan studi namun memperhatikan kualitas pembahasan dan penelitian tidak semudah yang saya rencanakan. Terlebih saya mempunyai idealisme untuk dibimbing dengan dosen yang saya inginkan. Terhitung dari febuari sampai juli dosen yang  saya inginkan sudah menolak 7 ide penelitian saya, meskipun tidak secara mentah-mentah itu cukup untuk membuat saya sedikit kecewa dan stress.
Hubungan saya dengan dia diawal tahun memang bisa dibilang seperti biasanya, hubungan ini sudah berjalan sekitar 2 tahun dengan berbagai masalah dan perdebatan hebat terlebih masa lalu dari masing-masing masih bermasalah. Tapi kami bertahan dengan yakin saling memahami walau terkadang selalu ada cek-cok but everything can be okay.
Balik lagi keskripsi saya, akhirnya di akhir bulan Ramadan ide penelitian saya diterima dengan antusiasme dosen yang luar biasa yang dia sebut “Its Briliant Idea” so what?? Saya udah melalui bulan-bulan yang cukup berat, untuk apa saya membuat karya biasa-biasa?? Itu yang terlintas dipikiran saya, saya tidak mau menambah citra negative diri sudah kuliah lama karya lu biasa-biasa aja, saya gak mau saya bakal maksimalin penelitian skripsi saya.
Rasa bangga dan bahagia karna di acc nya penelitian tidak bertahan lama. Dualisme dan perseturuan dikeluarga semakin parah masalah semakin banyak datang bertubi-tubi sampai skripsi terlupakan. Sebenarnya masalah ini sudah berjalan hampir 3 tahun, dan selama itu saya harus bertahan dari berbagai intimidasi yang dilancarkan salah satu pihak, dengan tujuan ingin dibela. Anak dalam posisi netral dan korban jadi saya coba seimbang dan sabar tidak boleh ada yang memaksa saya untuk memilih A atau B terlebih usia telah memasuki dewasa jadi saya bebas menentukan. Diakhir Ramadan pun saya harus menentukan sikap bagaimana hubungan saya dengan dia saya tidak mau dia terbawa dalam masalah keluarga saya yang semerawut yang jelas-jelas mempengaruhi psikologis saya, dan akhirnya saya memilih melanjutkan hidup masing-masing dan menyelesaikan tugas sendiri-sendiri walaupun saya sadar saya tidak dibenarkan melakukan hal ini.
Moment idul fitri pun berjalan seperti biasa hanya saja tidak adanya babeh dan dia. Saya lebih banyak melakukan kegiatan dengan kawan lama semasa SMP atau SMK dan itu cukup untuk melupakan kejadian buruk tentang keluarga dan percintaan.
Awal oktober saya diberitahu bahwa masalah dualisme sudah berakhir dipengadilan tanpa sepengetahuan saya dan anak2 yang lain (Alhamdulillah). Dibulan ini pun saya kembali berkomunikasi dengan dia setelah hampir 3 bulan lost contact, awalnya hanya sekedar ingin mengucapkan ulang tahun tapi terus terbawa dan terjaga. Oktober pun kembalinya saya mengerjakan skripsi saya ditandai dengan keluarnya SK pengerjaan skripsi ditanggal 23. Saya kembali ke rutinitas, dia pun sibuk dengan praktek ngajar walaupun sebenarnya kami tidak dalam hubungan yang khusus, tapi kami saling menyakinkan satu sama lain.
Akhir November skripsi sudah memasuki bab 3 dan dia akan menghadapi ujian dan perpisahan PPL. Pertengahan desember bab 3 beres saya berharap sebanyak apapun masalah yang saya hadapi saya dapat survive.

Pada akhirnya saya harus kembali memegang perkataan bahwa apabila ingin mendapatkan sesuatu anda harus siap kehilangan sesuatu, ya semacam pengorbanan. Hari itu terjadi sesuatu yang mengharuskan saya menyerah membuat saya malu dan berfikir tidak mungkin jika terus seperti ini. Hubungan yang tidak kondusif, satu sama lain terlalu protektif sehingga mungkin ruang gerak terbatas menjadi alasan mengapa saya tidak terlalu mempermasalahkan (I’m Fine). Dipenghujung tahun 2014 saya rasa lebih tenang, lebih optimis bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja di tahun 2015. Terima kasih untuk sekian banyak masalah yang saya hadapi dan saya pecahkan, itu membuat saya menjadi manusia yang semakin dewasa dan kuat. 2015 with new habit, new people and new story.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar