brahmanda sandie

brahmanda sandie

Kamis, 18 September 2014

MA’RIFATULLAH

MA’RIFATULLAH

I.         Prakata
Tanpa mengetahui hakikat dan tujuan hidupnya manusia akan rapuh, harta dan tahta saja tidak akan mampu mendamaikan hatinya. Sehingga tidak mengherankan sebetulnya jika kita mendapati orang dengan popularitas dan kemewahan justru mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau mencari pelampiasan pada obat-obatan terlarang. Negara-negara maju yang justru baik secara ekonomi justru memiliki angka bunuh diri yang tinggi seperti Jepang, Korea Selatan, Hungaria Dan Singapura. Angka bunuh diri diseluruh dunia sangat menghawatirkan yaitu mencapai 1 juta jiwa dalam setahun. Akar dari itu semua yaitu karena tidak mengerti tujuan hidupnya sebagai akibat tidak mengenal Tuhannya. Dengan mengenal penciptaannya atau ma’rifatullah maka manusia akan mengenal hakikat dirinya dan tahu tujuan hidupnya didunia ini. Sehingga pada akhirnya akan memberi keyakinan dan kemantapan hati untuk menjalani hidup didunia ini. Tidak mudah silau oleh gemerlap dunia, orang-orang yang mengenal Tuhannya sadar bahwa dunia bukanlah pelabuhan akhir mereka. Allah berfirman: “dan tiadalah kehidupan didunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al-Ankabut: 64).
Sebagai seorang muslim setidaknya kita membaca Al-Fattihah sebanyak 17 kali dalam sehari semalam, surah dalam Al-Qur’an yang disebut sebagai induk dari Qur’an ini memiliki kandungan makna yang sangat dalam dan luas, ia ibarat pengantar bagi ribuan ayat setelahnya, surah ini mengandung pujian dan sanjungan kepada Allah Ta’ala, suatu pujian dan sanjungan yang sangat layak untuk yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kasih dan sayang itulah sifat yang ditunjukan Allah dalam Surah Al-Fattihah ini, Allah bisa murka namun kasih sayang-Nya mengalahkan kemurkaan-Nya. Al-Fattihah juga menerangkan bahwa hanya Allah penguasa yang tiada duanya. Sebuah poin penting dalam munajat kita dalam Al-Fattihah adalah doa kepada Allah agar senantiasa ditunjukan kejalan yang lurus. Sekurang-kurangnya 17 kali sehari-semalam kita meminta hal tersebut kepada Allah. Allah Swt mengajarkan demikian, artinya kita sangat rentan untuk tersesat dan disesatkan. Iblis dan keturunannya telah mencanangkan dari jauh-jauh hari untuk menyesatkan anak keturunan Adam. Jalan yang lurus itulah yang akan menghantarkan manusia kedalam keselamatan dunia dan akhirat, hanya jalan inilah yang mengarah pada kebenaran, jalan lain selain jalan ini tidak akan membawa kepada Allah justru akan sebaliknya yaitu menjauh dan tersesat. Bukan hanya itu, jalan yang lain akan menimbulkan perpecahan persatuan kita dan menjauhkan kita dari rahmat Allah Ta’ala.
Allah telah mewanti-wanti kita dari jalan yang menyesatkan ini, Allah berfirman: “dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (QS. Al-An’am: 153). Jalan inilah yang dulu ditempuh para Nabi dan Rosul, inilah jalan orang-orang yang Allah beri nikmat. Para penempuh jalan ini tidak akan bisa disesatkan iblis, mereka adalah orang-orang yang ikhlas yang Allah jaga dan Allah lindungi. Para penempuh jalan ini tidak perlu khawatir dan takut, susah ya memang susah, payah ya memang payah, terjar penuh onak dan duri. Karena hanya mereka yang terpilihlah yang akan bertahan dijalan ini, sebab rombongan mereka adalah rombongan yang bersama para nabi, orang jujur, orang2 mati shyahid dan orang-orang yang saleh. Itulah rombongan profil rombongan mereka yang terpilih dan dijaga Allah. Allah Swt berfirman: “dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya). Mereka itu akan bersama-sama orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang mati syahid dan orang –orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. Annisa: 69).

II.      Jalan Menuju Ma’rifatullah
Tidak mungkin mengenal jalannya tanpa mengenal pemilik jalan tersebut, tak mungkin menempuh jalan yang lurus tadi tanpa pengenalan terhadap Allah Swt (Ma’rifatullah). Ma’rifatullah merupakan gabungan dari kata Ma’rifat yang berarti Tahu dan Kenal, dan lafadz Allah. Sehingga Ma’rifatullah adalah pengenalah terhadap Allah lewat ayat dan tanda kekuasaan-Nya melalui nama dan sifat-sifatnya. Ma’rifatullah adalah sesuatu yang paling penting dalam hidup ini, Allah berfirman: “maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlaj ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (QS. Muhammad: 19).
Dengan mengenal Allah maka manusia akan tahu tujuan mereka hidup dan akan mengerti hakikat hidup. Lihatlah bagaimana orang-orang yang jauh dari Allah dan tidak mengenal penciptanya. Mereka mengira semuanya selesai didunia. Sehingga segala kesenangan ditumpahkan didunia, mereka tidak ubahnya binatang ternak yang hanya mengikuti tuntutan hawa nafsu belaka, nafsu perut, nafsu bawah perut dan nafsu kekuasaan. Tanpa peduli hak orang lain yang dilanggar, tanpa peduli orang teraniaya, tak peduli tatanan moral kacau, tak peduli lingkungan rusak yang penting gue senang gue kenyang. Allah telah mengenalkan dirinya lewat kekuasaan-Nya, lewat tanda-tanda yang bersebaran disekitar kita bagi mereka yang mau berfikir, alam yang terbentang luas, gunung-gunung yang kokoh menjulang, lautan yang meliputi 2/3 bumi, semuanya mentuturkan tentang kekuasaan Sang Pencipta tentang Kesempurnaan-Nya dan kekuatan yang Maha Dahsyat yang mengatur itu semua. Lihatlah pada diri kita sendiri mahkluk yang bernama manusia, konstruksi fisik, anatomi tubuh dan fungsi tubuh manusia semuanya berbicara tentang kekuatan Sang Pencipta. Lihatlah bagaimana ajaibnya penciptaan manusia yang tadinya sperma yang membuahi sel telur dan melalui proses yang begitu rumit sehingga menjadi janin dalam perut, dan akhirnya lahir sebagai anak manusia yang sempurna. Sosok yang tadinya berasala dari satu sel membelah diri dalam bentuk yang sama entah siapa yang mengkoordinir tiba-tiba setiap sel tadi membentuk organ tubuh yang berbeda-beda, Subhanallah, padahal mereka berasal dari sel yang sama, siapa yang memerintahkan dan memprogram sel ini untuk melakukannya? Tidak mungkin ibu yang mengandung yang secara sadar mengkordinasikan itu semua. Itulah tanda-tanda kekuasaan Allah yang dikenal dengan ayat kauniyyah. Guna memperjelas lagi kepada manusia membuat semuanya yakin, Allah juga mengutus Nabi dan Rasul untuk mengenalkan manusia kepada penciptanya. Allah turunkan firman-Nya melalui mereka, Allah mengenalkan sifat-sifat-Nya, Allah kabarkan apa hakikat hidup manusia dan apa yang harus dilakukan Allah turunkan suatu panduan agar manusia selamat didunia dan akhiratnya.
Ma’rifatullah akan merhadirkan Muraqobatullah (kesadaran akan pengawasan Allah) dan selanjutnya akan menghadirkan penjagaan dari Allah sehingga setiap akan melakukan dosa dan maksiat akan diingatkan oleh Allah. Terkait dengan sikap Muraqobah ini ada sebuah riwayat dari Umar bin Khatab ketika beliau menjadi khalifah, “suatu malam Umar belusukan kesetiap rakyatnya untuk melihat keadaan rakyatnya, sampailah ia disebuah rumah yang ternyata rumah penjual susu, didalam rumah terdengar sayup-sayup perdebatan antara ibu dan anak, siibu berkata wahai nak, campurkanlah air pada susu itu sehingga kita bisa mendapat untung yang lebih banyak. Sang anak menjawab, wahai ibu bukankah khalifah Umar telah mengeluarkan aturan yang melarang itu. Siibu menjawab, khalifar Umar kan tidak tahu nak, anaknya pun menimpali, bu, khalifah Umar mungkin tidak tahu, tapi bagaimana dengan Tuhannya khalifah Umar? Umar pun terkesima dengan jawaban sianak tadi, ia pun pulang dan memanggil salah satu anaknya dan mereka pun mendatangi rumah penjual susu tersebut dan melamar gadis penjual susu tersebut. Dan kelak dari keturunan mereka lahir seorang pemimpin yang jujur dan amanah sehingga ia sering dijuluki “Kulafaurrashiddin yang ke-5”, ia memiliki nama seperti nama kakek buyutnya Umar, dialah Umar bin Abdul Aziz, salah seorang pemimpin dinasti Umayah yang terkenal akan keadilan dan kebijaksanaannya. Jujur harus kita akui sifat Muraqoba seperti sigadis penjual susu tadi semakin jauh dizaman orang muslim sekarang ini. Banyak muslim yang berprilaku seolah Allah Azza Wa Zalla tak pernah melihat dia, tidak ada lagi rasa takut saat bermaksiat, tidak ada lagi rasa khawatir saat melakukan dosa, tidak ada lagi rasa malu saat berbuat salah dan tidak ada lagi rasa sungkan saat berbuat keharaman. Setiap dosa maksiat, haram dan kesalahan mengalir dilakukan begitu saja seolah tanpa beban. Banyak orang islam saat ini yang telah terbiasa dengan korupsi, mengumbar aurat, menipu, berzinah, tak lagi malu saat selingkuh dan menghalalkan pacaran seolah-olah semua itu lumrah dan wajar, sehingga yang dikhawatirkan bukan lagi Allah, tapi mereka hanya khawatir ketauan KPK, orang tua, polisi dan istri atau suami. Mereka hanya takut aib mereka diketahui halayak, tapi tak tau kah mereka kamera pengintai Allah ada dimana-mana, cepat atau lambat isi rekamannya akan terbuka. Allah berfirman: “katakanlah’ sesungguhnya kematian kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengatahui yang gaib dan yang nyata. Lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jum’ah: 8). Semua yang mereka lakukan tadi karna mereka gagal menghadirkan Allah disisinya dan melupakan pengawasannya atas setiap gerak-gerik manusia. Mengapa gagal?? Karena banyak individu muslim yang awas mata lahiriyahnya tapi buta mata batinnya, mereka hanya mampu melihat hal yang kasat mata tetapi gagal menyadari pengawasan Allah, hari perhitungan, surga dan neraka, pahala dan siksa, yang tampak dibatang hidung mereka hanyalah kenikmatan dunia yang sedikit dan sesaat.

III.   Ma’rifatullah Dalam Cinta Dan Ibadah
Hanya orang dengan Ma’rifatullah yang baik saja yang akan mengerti rahasia ibadah dan hakikat ketuhanan (Uluhiyyah) bahwa hanya Allah lah yang layak diibadahi dan layak disembah. Ibadah merupakan konsekuensi dari Ma’rifat terhadap hakikat ketuhanan dan pengabdian (ibadah) sangat berkaitan dengan ketuhanan seperti dua sisi mata uang yang tak mungkin terpisahkan. Bagi siapa saja yang mengerti hakikat ketuhanan maka pasti ia akan mengerti apa itu hakikat ibadah (pengabdian), sebaliknya mereka yang tidak mempunyai Ma’rifatullah dengan baik bagaimana mau mengerti rahasia dan hikmah dari ibadah? Bagaimana mungkin ia akan memiliki pemahaman yang lurus tentang tujuan kehidupan, tujuan diutusnya para Nabi dan Rosul dan tujuan diturunkannya kitab-kitab.
Menampikan hikmah dan rahasia ibadah dari kehendak Allah adalah sesuatu yang tidak layak. Tentu semua yang diciptakan ini ada artinya, semua yang diperintahkan ada maksudnya dan kehidupan ini pula pasti ada maksudnya. Allah berfirman: “maka apakah kamu mengira, bahwa sesunguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja). Dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS. Al-Mukminun: 115).
Jika seluruh jagad raya ini diciptakan untuk ibadah dengan caranya masing-masing, maka sesungguhnya cintalah yang menjadi akar semuanya. Jika ibadah mutlak kepada Allah maka demikian pula cinta hanya mutlak kepada Allah. Dialah satu-satunya Dzat yang mesti dicintai. Seluruh cinta yang ada disemesta ini merupaka pengecauan tahan cinta kepada-Nya dan karena-Nya. Perwujudan cinta kepada Allah adalah dengan mentaati perintah-Nya dan mejauhi larangan-Nya. Sehingga dengan menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya inilah ibadah dan cinta terwujud sekaligus, oleh sebab itu Allah menjadikan salah satu tanda cinta kepada-Nya adalah dengan mengikuti Rosul-Nya. Allah Swt berfirman: “katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah. Ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS. Ali Imran: 31).
Mencintai Allah dan mengikuti Rosul menjadi frase yang tak terpisahkan, tidak ada artinya cinta Rosul tapi perintah Allah dilalaikan sebaliknya pula cinta kepada Allah tetapi ajaran Rosul ditinggalkan. Cinta terhadap Allah dan Rosul ini harus menjadi prioritas diatas segalanya baik cinta suami kepa istri atau sebaliknya, cinta kepada anak, kepada harta, bisnis atau pekerjaan. “katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rosulnya dan dari berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24). Cinta kepada Allah merupakan puncak pencapaian dari derajat ibadah seorang hamba. Surga dan keridhaan dari Allah serta kesabaran, baik sangka dan keyakinan kepada Allah semuanya adalah buah kecintaan kepada Allah. Cinta kepada Allah juga akan mendatangkan kelezatan iman, perintah dan larangan tidak dianggap sebagai beban tapi ada kesenangan dan ketenangan dalam menjalaninya. Apabila seorang hamba telah dicintai oleh Allah, maka Allah akan menjaga dan menuntunnya dan hamba seperti inilah yang layak mendapat predikat wali Allah. Rosulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits kudsi: “Allah Ta’ala berfirman “ siapa yang memusuhi wali-Ku, maka berarti telah mengumumkan perang terhadap-Ku. Dan tiada yang Aku senangi dari hamba-Ku melainkan ketika ia mendekat kepada-Ku dengan melaksanakan kewajiban yang Aku perintahkan. Dan ia senantiasa mendekat kepada-Ku dengan yang Aku sunnahkan hingga aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya, Aku adlah penglihatannya, Aku adalah tangannya dan Aku adalah kakinya kemanapun ia melangkah. Jika ia memohon pada-Ku pasti Aku kabulkan. Jika ia meminta kepada-Ku perlindungan pasti Aku lindungi”. (HR. Bukhari).

IV.   Penghalang Cinta Kepada Allah
Mungkin kita pernah merasa doa-doa kita tidak pernah dijawab Allah, ibadah yang kita lakukan tidak meninggalkan bekas pada diri  kita atau kita tetap merasa kering padahal walaupun telah berbuat kebaikan. Jika hal ini terjadi, boleh jadi hal itu mengindikasikan adanya penghalang antara kita dengan Allah. Seharusnya tidak ada jarak atau penghalang antara seorang hamba dengan Tuhannya, karena Allah telah menegaskan bahwa Allah sangat dekat dengan hambanya. “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqarah: 186).
Ada banyak faktor yang jadi penghalang kita untuk Ma’rifatullah dengan baik, sehingga Allah tak kunjung mengabulkan doa kita dan janji Allah jauh dari kita. Mulai dari barang atau jasa yang tidak halal yang kita konsumsi atau cinta dunia yang merasuki kita sehingga melalaikan kita dengan Ma’rifatullah. Banyak hal didunia yang akan melalaikan manusia dari cinta kepada Allah, yang sebenarnya bila ditempatkan kepada cinta kepada Allah bisa menjadi seindah-indahnya perhiasan dunia, tapi jika melalaikan cinta kepada Allah maka akan menjadi pendorong ke neraka. Allah befirman: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran: 14).

Harta yang banyak, wanita-wanita, anak dan pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan sering menjadi penghalang cinta manusia kepada Allah. Bagi para penghamba dunia harta merupakan segala-galanya, harta merupakan status sosial/ symbol status. Setiap acara mobil beda, setiap even tasnya berganti setiap saat belanja yang sebenarnya tidak perlu atau hanya didorong nafsu belaka. Mobil berjejer, tas dengan merk mahal bergantungan dilemari serta baju-baju dan perhiasan mewah tersusun rapi. Kaum ini menganggap dengan semua ini lah (harta) mereka akan dihormati dan dipuji orang-orang sekitarnya. Demikian juga dengan pekerjaan, apapun rela dilakukan dengan pekerjaan yang sangat diidamkan, sogok sana sogok sini, berani mengorbankan aurat demi pekerjaan dan popularitas atau status, tidak peduli lagi mereka tidak malu melakukannya asal pekerjaan lancar, terkejar dan menjadi tenar. Mereka gagal ketika disuruh jujur memilih kehormatan diri dan pekerjaan. Kemudian yang menjadikan penghalang cinta kepada Allah sesungguhnya tanda bahwa Allah sedang cemburu dengan hambanya. Cara agar lulus dari ujian ini adalah dengan bertaubat serta kembali menata niat dan orientasi terhadap cinta yang kita miliki, dengan meletakan Allah Ta’ala yang utama, nomor satu dalam tujuan dan orientasi cinta kita. Cinta itu ketika niatan yang lurus dan prosesnya benar insyaallah akan berbunga keberkahan dan berbuah surga kelak. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang mampu meletakan cinta kepada Allah diatas cinta kepada dunia dan tentu saja kita semua ingin kembali kepada Allah karena disanalah terdapat tempat terbaik yaitu surga sebagai tempat manusia yang kekal. Amin ya robbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar