Sudah
banyak sekali peristiwa, moment, harapan dan kenyataan selama tahun 2014 yang
telah kita lewati. Peristiwa penting atau tidak penting, moment sedih atau
bahagia, saya coba disusun dalam coretan 2014.
Memasuki
awal tahun 2014 harapan saya menyelesaikan Tugas Akhir terpenuhi dibulan
januari minggu pertama entah kedua (lupa) ditandai dengan sidang Tugas Akhir. Tugas Akhir ini
menjadi awal kebangkitan semangat saya untuk menyelesaikan studi S-1 saya yang
sempat saya tinggalkan sebelumnya hampir selama 6 bulan. Pengerjaannya pun
terbilang luar biasa hanya memakan waktu sekitar 2 bulan saja dan mungkin
menjadi rekor penyelesaian tugas akhir hahah.
Setelah
selesainya Tugas Akhir saya berfikir saya bisa menyelesaikan studi tahun 2014,
saya bergegas untuk mengajukan ide-ide untuk pembuatan skripsi yang saya mulai
sekitar akhir febuari. Tapi ternyata membuat karya yang tidak sekedar
menyelesaikan studi namun memperhatikan kualitas pembahasan dan penelitian
tidak semudah yang saya rencanakan. Terlebih saya mempunyai idealisme untuk
dibimbing dengan dosen yang saya inginkan. Terhitung dari febuari sampai juli
dosen yang saya inginkan sudah menolak 7
ide penelitian saya, meskipun tidak secara mentah-mentah itu cukup untuk
membuat saya sedikit kecewa dan stress.
Hubungan
saya dengan dia diawal tahun memang bisa dibilang seperti biasanya, hubungan
ini sudah berjalan sekitar 2 tahun dengan berbagai masalah dan perdebatan hebat
terlebih masa lalu dari masing-masing masih bermasalah. Tapi kami bertahan
dengan yakin saling memahami walau terkadang selalu ada cek-cok but everything
can be okay.
Balik
lagi keskripsi saya, akhirnya di akhir bulan Ramadan ide penelitian saya
diterima dengan antusiasme dosen yang luar biasa yang dia sebut “Its Briliant
Idea” so what?? Saya udah melalui bulan-bulan yang cukup berat, untuk apa saya
membuat karya biasa-biasa?? Itu yang terlintas dipikiran saya, saya tidak mau
menambah citra negative diri sudah kuliah lama karya lu biasa-biasa aja, saya
gak mau saya bakal maksimalin penelitian skripsi saya.
Rasa
bangga dan bahagia karna di acc nya penelitian tidak bertahan lama. Dualisme
dan perseturuan dikeluarga semakin parah masalah semakin banyak datang
bertubi-tubi sampai skripsi terlupakan. Sebenarnya masalah ini sudah berjalan
hampir 3 tahun, dan selama itu saya harus bertahan dari berbagai intimidasi
yang dilancarkan salah satu pihak, dengan tujuan ingin dibela. Anak dalam
posisi netral dan korban jadi saya coba seimbang dan sabar tidak boleh ada yang
memaksa saya untuk memilih A atau B terlebih usia telah memasuki dewasa jadi
saya bebas menentukan. Diakhir Ramadan pun saya harus menentukan sikap bagaimana
hubungan saya dengan dia saya tidak mau dia terbawa dalam masalah keluarga saya
yang semerawut yang jelas-jelas mempengaruhi psikologis saya, dan akhirnya saya
memilih melanjutkan hidup masing-masing dan menyelesaikan tugas sendiri-sendiri
walaupun saya sadar saya tidak dibenarkan melakukan hal ini.
Moment
idul fitri pun berjalan seperti biasa hanya saja tidak adanya babeh dan dia.
Saya lebih banyak melakukan kegiatan dengan kawan lama semasa SMP atau SMK dan
itu cukup untuk melupakan kejadian buruk tentang keluarga dan percintaan.
Awal
oktober saya diberitahu bahwa masalah dualisme sudah berakhir dipengadilan tanpa
sepengetahuan saya dan anak2 yang lain (Alhamdulillah). Dibulan ini pun saya kembali
berkomunikasi dengan dia setelah hampir 3 bulan lost contact, awalnya hanya
sekedar ingin mengucapkan ulang tahun tapi terus terbawa dan terjaga. Oktober
pun kembalinya saya mengerjakan skripsi saya ditandai dengan keluarnya SK
pengerjaan skripsi ditanggal 23. Saya kembali ke rutinitas, dia pun sibuk
dengan praktek ngajar walaupun sebenarnya kami tidak dalam hubungan yang
khusus, tapi kami saling menyakinkan satu sama lain.
Akhir
November skripsi sudah memasuki bab 3 dan dia akan menghadapi ujian dan
perpisahan PPL. Pertengahan desember bab 3 beres saya berharap sebanyak apapun
masalah yang saya hadapi saya dapat survive.
Pada
akhirnya saya harus kembali memegang perkataan bahwa apabila ingin mendapatkan
sesuatu anda harus siap kehilangan sesuatu, ya semacam pengorbanan. Hari itu terjadi
sesuatu yang mengharuskan saya menyerah membuat saya malu dan berfikir tidak
mungkin jika terus seperti ini. Hubungan yang tidak kondusif, satu sama lain
terlalu protektif sehingga mungkin ruang gerak terbatas menjadi alasan mengapa
saya tidak terlalu mempermasalahkan (I’m Fine). Dipenghujung tahun 2014 saya
rasa lebih tenang, lebih optimis bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja di
tahun 2015. Terima kasih untuk sekian banyak masalah yang saya hadapi dan saya
pecahkan, itu membuat saya menjadi manusia yang semakin dewasa dan kuat. 2015
with new habit, new people and new story.