brahmanda sandie

brahmanda sandie

Minggu, 19 Maret 2017

Rindu Menjadi Gila

Dalam beberapa bulan terakhir ini waktu terasa habis oleh kesibukan sebagai manusia normal. Makan, tidur, kerja, tidur lagi. Tak sedikit pun waktu ini bisa dimanfaatkan untuk hal-hal lain, misalkan menjadi orang gila. Hidup menjadi manusia normal seperti kebanyakan disatu sisi memang tak seberat menjadi orang tolol dan gila. Tak harus berpikir, hanya bertindak sesuai SOP'nya (Standar Opertional Prosedur). Tapi jauh dalam pikiran dan lebih jauh lagi ke dalam inti sel, ini semua tak bisa begitu saja aku terima dengan mudah. 6 bulan tanpa berbicara politik, agama, sosial budaya bahkan seks, terasa berkarat kepala ku ini. Yang diketahui saat ini hanyalah sekedar berapa gram racikan chemical untuk karet bertipe E, N, C atau A tanpa membuat semuanya gagal racikan. Belum lagi lembur kerja karena bekerja disebuah Laboratorium tak membuat semua orang bisa masuk kedalamnya, bahkan jika diperlukan aku harus berdiam diri di Lab 24 jam lamanya. Kebosanan ini semakin lama mungkin akan menghilang atau sisi pemberontaknya yang akan semakin membesar dan bergeriliya. Sisi egois lah yang selama ini bisa menahan, sisi sebagai manusia tolol yang merasa tak bisa berbuat apa-apa tanpa uang yang selama ini tak membuatku beranjak.
Kehidupan pribadi yang semakin lama terkikir oleh kehidupan materialistik, sebuah kehangatan perbincangan dengan sejoli ditambahkan dengan secangkir kopi atau teh sudah lama aku rindukan. Belum lagi halaman blogg ini semakin lama semakin berkarat karena aku lupakan, dan lagi aku rindu dengan suasana tengan malam yang sunyi yang setidaknya memberiku ketenangan batin dan memberi inspirasi.
Aku rindu menjadi gila dengan semua kekosongannya, tanpa sedikitpun sekat antar manusia berlevel A atau Z. Aku rindu dengan semua perbincangan tanpa batas dan tanpa arah, mengalir begitu saja. Menjadi gila waktu menjadi tak begitu berarti, hanya karakter dan pengetahuanlah yang bisa membuatmu bertahan lebih lama dari yang lain. Aku tidak begitu tertarik dengan sebuah pembicaraan yang dangkal, adakah manusia lain yang bisa aku ajak bicara dan diskusi berbagi ilmu menganai kematian, atom partikel, alien, sex, intelektual, arti dari sebuah kehidupan dan lebih jauh lagi tentang alam semesta beserta hukum fisika quantum'nya? atau selera musik yang membuatmu merasa bebeda, tentang kebohongan yang pernah terlempar dari mulutmu atau setidaknya bebicara bagaimana masa kecilmu dan hal apa saja yang membuatmu terjaga dimalam hari. Kita semua pasti mempunyai rasa tidak nyaman dan ketakutan, kenapa tidak berbicara tentang itu? aku menyukai seseorang dengan kedalaman pengetahuan dan pengalaman yang berbicara dengan pandangan hasrat yang tinggi dan suara tinggi penuh emosi yang lahir dari sebuah pola pikir yang abstrak.