BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Motor
Bakar
Salah
satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah motor kalor. Motor kalor
yaitu motor yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik, atau
motor yang mengubah energi termal menjadi energi mekanik. Energi itu dapat
diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi
termal, mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu motor pembakaran luar
dan motor pembakaran dalam.
Motor pembakaran
luar proses pembakarannya terjadi diluar mesin. Energi termal dari gas hasil
pembakaran dipindahkan ke fluida kerja melalui beberapa dinding pemisah,
sebagai contoh motor uap. Motor pembakaran dalam pada umumnya dikenal dengan
motor bakar. Proses pembakarannya berlangsung didalam motor bakar itu sendiri
sehingga gas hasil pembakaran sekaligus menjadi fluida kerja. Motor bakar torak
menggunakan satu atau beberapa silinder yang didalamnya terdapat torak yang
bergerak translasi. Pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara
terjadi didalam silinder. Gas pembakaran yang dihasilkan mampu menggerakan
torak yang dihubungkan dengan poros engkol memakai batang penghubung (connecting rod). Gerak translasi torak
menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya gerak rotasi poros
engkol menyebabkan gerak translasi pada torak.
Tabel 2.1
Penggolongan
Motor Kalor
Golongan
|
Kelompok Jenis
|
Gerak
|
Daya Mesin *
|
Aplikasi
|
Motor bakar luar (external combustion engine)
|
Motor
uap torak
|
Translasi
|
Kecil dan sedang
|
Lokomotif
|
Turbin
uap
|
Rotasi
|
Sedang
dan besar
|
Pusat
tenaga listrik, kapal laut
|
|
Mesin udara panas
|
Translasi
|
Kecil
|
Tidak
ada
|
|
Turbin
gas siklus tertutup
|
Rotasi
|
Sedang
dan besar
|
Pusat
tenaga listrik, kapal laut
|
|
Motor
bakar dalam (internal combustion engine)
|
Motor
bensin
|
Translasi
dan rotasi (motor wankel)
|
Kecil
dan sedang
|
Kendaraan
jalan darat, kapal laut kecil, industry pesawat terbang
|
Motor
diesel
|
Translasi
|
Kecil
dan sedang
|
Kendaraan
jalan barat, kapal laut, industry, pusat
|
|
Motor
gas
|
Translasi
|
Kecil
dan sedang
|
Indusri
pusat tenaga
|
|
Turbin
gas
|
Rotasi
|
Sedang
dan besar
|
Pusat
tenaga listrik, pesawat terbang
|
|
Propulsi
pancar gas
|
Rotasi
|
Sedang
dan besar
|
Pesawat
terbang
|
(Arismunandar W, 2005:7)
*Kecil, dibawah 1000 kW
Sedang,
antara 1000 - 10000 kW
Besar, diatas 10000 kW
B.
Motor
Bensin
Kendaraan
yang dipergunakan saat ini hampir semua bekerja dengan siklus empat langkah.
Siklus empat langkah sudah dipergunakan sejak tahun 1876, yaitu pada waktu Dr.
N.A. Otto berhasil membuat motor bakar torak dengan siklus kerja empat langkah
yang pertama. Motor bensin merupakan perkembangan dan perbaikan motor yang
sejak semula dikenal dengan motor Otto.
Motor tersebut dilengkapi dengan busi dan karburator. Karburator merupakan
tempat bercampurnya bahan bakar dan udara (oksigen). Busi menghasilkan loncatan
api listrik untuk menyalakan campuran bahan bakar dan udara.
Campuran bahan
bakar dan udara sangat mudah terbakar. Campuran bahan bakar dan udara kemudian
masuk ke dalam silinder yang akan dinyalakan oleh loncatan api listrik dari
busi menjelang akhir langkah kompresi. Ledakan pembakaran bahan bakar dan udara
menyebabkan motor menghasilkan daya. Didalam siklus Otto (ideal) pembakaran tersebut dimisalkan sebagai pemasukan panas
pada volume konstan.
Motor bensin
merupakan motor pembakaran dalam dan menggunakan bensin (premium)/ pertamax
sebagai bahan bakarnya. Sistem penyalaannya merupakan sistem penyalaan busi,
yaitu campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan diberikan percikan api
oleh busi, oleh karena itu motor bensin disebut juga spark ignition engine. Motor bensin terdiri terdiri dari dua jenis,
yaitu motor bensin dua langkah dan empat langkah. Motor bensin dua langkah
adalah motor yang membutuhkan dua kali langkah torak dan satu kali putaran
poros engkol untuk menghasilkan satu kali usaha/ kerja. Motor bensin empat
langkah adalah motor yang membutuhkan empat kali langkah torak dan dua putaran
poros engkol untuk menghasilkan satu kali usaha/ kerja.
C.
Prinsip
Kerja Motor Dua Langkah
Gambar 2.1
Siklus Kerja Motor Otto Dua Langkah
1.
Piston
Bergerak Dari TMB Menuju TMA
Gambar 2.2 Langkah Kompresi dan
Langkah Hisap Motor Dua Langkah
Motor dua langkah dalam
satu gerakan piston terjadi dua kejadian atau proses. Saat piston bergerak dari
TMB menuju ke TMA terjadi langkah kompresi dan langkah hisap. Langkah kompresi
terjadi sesaat setelah ruang bilas tertutup ini terjadi diatas piston. Langkah
hisap terjadi ketika saluran hisap mulai terbuka kemudian campuran bahan bakar
dan udara menuju ke crankcase dan ini
terjadi dibawah piston. Kejadian tersebut terjadi secara bersamaan.
2.
Piston
Bergerak Dari TMA Menuju TMB
Gambar
2.3 Langkah Usaha dan Langkah Buang Motor Dua Langkah
Siklus ini terjadi
langkah usaha dan langkah buang yang berlangsung tidak bersamaan. Terjadi
langkah usaha terlebih dahulu kemudian saluran bilas dan saluran buang terbuka,
yang terjadi pada langkah ini adalah kejadian diatas piston, sebelum piston
mencapai ke TMA busi akan memercikan loncatan api listrik sehingga campuran
bahan bakar dan udara terbakar sehigga menimbulkan daya dorong pada piston yang
bergerak menuju TMB. Kejadian dibawah piston, ketika piston bergerak menuju TMB
akibat daya dorong, campuran bahan bakar dan udara pada crankcase akan terdesak dan menuju kesaluran bilas, sesaat setelah
saluran bilas terbuka oleh pergerakan piston campuran bahan bakar dan udara
akan masuk dan sisa pembakaran akan keluar melalui saluran buang (exhaust port).
D.
Proses
Termodinamika Motor Otto Dua Langkah
1.
Siklus
Ideal Motor Otto Dua Langkah
Siklus udara
volume konstan (siklus Otto) seperti
pada gambar 2.3 P (tekanan) V (volume). Sifat ideal yang dipergunakan serta
keterangan mengenai proses siklus adalah seperti dibawah ini:
Gambar 2.4
Diagram P-V Motor Otto Dua Langkah
(Ganesan V. Internal Combustion Engine. Second
edition.New Delhi. Tata Mc Graw -Hill)
Keterangan:
P =
Tekanan (Kg/Cm2)
V =
Volume Spesifik (M3/Kg)
Qm = Kalor Masuk (Kcal/Kg)
Qk = Kalor Keluar (Kcal/Kg)
Siklus dianggap
tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan fluida kerja yang sama atau gas
yang berada didalam silinder pada titik satu dapat dikeluarkan dari dalam
silinder pada waktu langkah buang, pada langkah isap berikutnya akan masuk
sejumlah fluida kerja yang sama.
2.
Siklus
Sebenarnya Motor Otto Dua Langkah
Gambar 2.5 Siklus
Sebenarnya Motor Dua Langkah
(Arismunandar W.
2005:31)
Siklus
sebenarnya terjadi pada keadaan yang sesungguhnya, pada siklus sebenarnya ini
terjadi banyak kerugian yang disebabkan beberapa hal, antara lain yaitu
(Arismunandar W, 2005:29):
a. Kebocoran
fluida kerja karena penyekatan oleh cincin torak dan katup tidak dapat
sempurna.
b. Fluida
kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal dengan kalor
spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung.
c. Saat
torak berada di Titik Mati Atas, tidak terdapat pemasukan kalor seperti pada
siklus udara. Kenaikan tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh
proses pembakaran antara bakan bakar dan udara di dalam silinder.
d. Proses
pembakaran tidak terjadi sekaligus, dalam arti memerlukan waktu. Proses
pembakaran harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak
mencapai Titik Mati Atas dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah
torak bergerak kembali dari Titik Mati Atas menuju Titik Mati Bawah.
e. Kerugian
kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari fluida kerja ke fluida
pendingin, terutama pada langkah kompresi, usaha, dan pada waktu gas buang
meninggalkan silinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi karena adanya
perbedaan antara temperatur fluida kerja dengan fluida pendingin. Fluida
pendingin diperlukan untuk mendinginkan bagian mesin yang menjadi panas untuk
mencegah bagian tersebut dari kerusakan.
f. Kerugian
energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam silinder ke atmosfer
sekitarnya. Energi tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja
mekanik.
g. Terdapat
kerugian energi akibat gesekan fluida kerja dengan dinding pemasukannya.
E.
Kepala
Silinder (Cylinder Head)
Kepala silinder
terlihat tidak begitu menarik namun desain memiliki pengaruh besar seberapa
baik engine akan bekerja. Pabrik
menggunakan berbagai bentuk eksternal dan pola sirip pendinginan, tetapi
kebutuhan utama adalah daerah pendinginan harus cukup luas untuk mendinginkan engine. Beberapa orang percaya bahwa
kepala silinder harus memiliki sirip radial agar lebih baik. Sirip konvensional
pun sangat memadai, ini berbicara tentang perhitungan luas permukaan bukan pola
dari sirip (Grahambell, A :8).
Lebih penting lagi
adalah dari bentuk ruang bakar dan posisi dari busi. Selama bertahun-tahun
banyak sekali desain ruang bakar yang telah dicoba, tetapi hanya beberapa saja
yang sesuai untuk menghasilkan engine
dengan tenaga yang besar. Untuk memahami jenis ruang bakar maka harus memahami
apa itu detonasi dan bagaimana mengatasi masalahnya. Detonasi terjadi ketika
sebagian dari campuran bahan bakar dan udara terbakar secara spontan setelah
pembakaran normal terjadi. Detonasi dapat menyebabkan kerusakan pada komponen engine.
Kondisi yang dapat
menujukan detonasi adalah campuran bahan bakar dan udara, kompresi tinggi,
temperatur yang tinggi dan pembakaran lanjutan. Sebuah piston dengan bagian
atas yang tinggi atau suhu dari pembakaran dapat menyebabkan terjadinya detonasi.
Peneliti telah
menemukan bahwa gas yang luar biasa yang terdapat di ruang bakar yang disebut
gas sisa pembakaran yang dapat memicu ledakan. Gas ini dipanaskan oleh logam
sekitarnya bagian atas piston, ruang pembakaran, jika percikan api mencapai tepi
luar dari ruang bakar dengan sangat cepat ini mengakibatkan gas sisa tidak
cukup waktu untuk memanaskan endapan detonasi. Kunci untuk menghindari detonasi
adalah menjaga gas buang tetap dingin dan mengurangi waktu perambatan api
menuju gas buang. Langkah yang jelas akan memenuhi syarat kedua dengan membuat
ruang bakar sekecil mungkin dan menempatkan posisi busi ditengah ruang bakar.
Ruang bakar yang kecil dan posisi busi ditengah akan mengurangi perjalanan api
(Grahambell, A :8-9).
Kepala silinder berfungsi sebagai penutup lubang silinder
pada blok silinder dan tempat dudukan busi. Kepala silinder bertumpu pada
bagian atas blok silinder. Titik tumpunya disekat dengan gasket (paking) untuk
menjaga agar tidak terjadi kebocoran kompresi, disamping itu agar permukaan
metal kepala silinder dan permukaan bagian atas blok silinder tidak rusak.
Kepala silinder biasanya dibuat dari bahan Aluminium campuran (Aluminium Alloy), supaya tahan karat ,
tahan pada suhu tinggi serta ringan. Biasanya bagian luar kontruksi kepala
silinder bersirip, ini untuk membantu melepaskan panas pada mesin berpendingin
udara.
Kepala silinder
|
Gambar
2.6 Kepala Silinder Yamaha Rx-King
Tabel
2.2
Perbedaan
Kontruksi Kepala Silinder Motor Dua Langkah Dan Empat Langkah
F.
Ruang Bakar dan Bentuk/ Design Ruang Bakar
Internal
combustion engine ruang bakar
merupakan yang sangat penting karena disinilah terjadinya konversi energi dari
energi panas menjadi energi mekanik dengan melalui proses pembakaran. Ruang
bakar adalah ruangan yang dibentuk diantara kepala silinder dengan piston
bagian atas, dengan maksud agar pembakaran dapat terlaksana dengan sempurna dan
menyeluruh.
Untuk memaksimalkan tenaga para perancang membuat
desain ruang bakar dengan berbagai bentuk sesuai kebutuhan engine. Desain untuk motor diesel dan Otto tentu berbeda, motor Otto
empat langkah dan dua langkah pun banyak perbedaan. Motor Otto empat langkah ada empat tipe ruang bakar yang banyak digunakan
diantaranya tipe hemispherical, tipe
baji, tipe bak mandi dan pent roof.
Pada motor Otto dua langkah tipe
ruang bakar semuanya menggunakan tipe hemispherical
(setengah bulat) namun perbadaan dilihat dari bentuk squish dan penempatan busi. Buku Two Stroke Performance Tuning yang ditulis A. Grahambell ada tiga
tipe ruang bakar yang banyak digunakan pada motor dua langkah, diantaranya:
1.
Quiescent Chamber With Offset Spark Plug
Gambar
2.7 Tipe Ruang Bakar Quiescent Chamber
With Offset Spark Plug
(Grahambell A,
:15)
Tipe jenis ini menempatkan busi ditepi ruang bakar
dan tanpa dilengkapi dengan squish,
tipe ini sudang jarang digunakan karena posisi busi yang berada disamping akan
menyebabkan detonasi disudut terjauh dari busi.
2.
Squish Chamber With Central Spark Plug
Gambar
2.8 Tipe Ruang Bakar Squish Chamber With
Central Spark Plug
(Grahambell A, :15)
Tipe squish
chamber with central spark plug merupakan penyempurnaan dari tipe sebelumnya dengan menempatkan busi
ditengah ruang bakar dan menggunakan squish disekeliling ruang bakar, ini akan
menyempurnakan pembakaran karena posisi busi ditengah dan ruang bakar menjadi
lebih sempit.
3.
Offset Squish Tipe Combustion Chamber
Gambar
2.9 Tipe Ruang Bakar Offset Squish
Combustion Chamber
(Grahambell A, :16)
Tipe
offset squish ini banyak digunakan
motor-motor dalam dunia balap internasional seperti di motor TZ 250 yang
digunakan di arena Road Race dan YZ
125 di arena Moto Cross. Tipe ini
dapat meminimalisir silinder dan distorsi pada piston serta turbulensi yang
lebih baik, terutama untuk membuang gas sisa pembakaran.
G.
Perhitungan
Termodinamika (Siklus Otto)
Proses termodinamika
merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam silinder. Proses ini merupakan proses yang mengubah dari
energi kimia menjadi energi panas, yang kemudian akan diubah kembali menjadi
energi mekanik. Proses termodinamika
pada motor Otto dua langkah adalah
sebagai berikut:
1.
Langkah
Hisap
Campuran
bahan bakar dan udara yang masuk ke silinder pada saat langkah hisap
berlangsung pada Po = 0,9053 atm = 9351,75 kg/m2. Pada siklus sebenarnya
terjadi penurunan tekanan. Akibat dari pembesaran volume di dalam silinder maka
tekanan akhir langkah hisap adalah:
P1 =
Po . ηv
Dimana
:
P1
= Tekanan akhir langkah hisap (kg/m2)
Po
= Tekanan awal pengisian (kg/m2)
Temperatur awal pemasukan (temperatur sekeliling
kota Bandung) To =180-300C. menurut Arismunandar.
1988:102, dalam keadaan yang sebenarnya udara yang masuk ke dalam silinder
menyerap kalor dari katup isap, dinding silinder, serta bagian motor lainnya
yang panas. Karena itu temperatur langkah hisap menjadi lebih tinggi dari
temperatur udara atmosfer karena adanya penyerapan kalor, maka temperatur
langkah hisap dicari dengan rumus:
Dimana :
To =
Temperatur pemasukan (temperatur sekeliling) =180-300C
diambil 10 K. (Khovakh, 1971: 96)
Tres = Temperatur residu gas (900 – 1000K) diambil 950K
(H Sunarto Untung
: 4)
γres = Koefisien residu gas
γres =
(H Sunarto Untung : 4)
dimana :
Pres = Tekanan residu gas
= (1,1-1,25) Po diambil 1,175 (Khovakh,1971: 95)
r
= Perbandingan kompresi (data spesifikasi)
Menurut
Khovakh (1976:98), besarnya panas awal pemasukan (T1) berkisar
antara 310-350 K.
2.
Langkah
Kompresi
Langkah kompresi
adalah langkah pemampatan campuran bahan bakar dan udara didalam ruangan
silinder, sehingga terjadi kenaikan tekanan dan temperatur. Proses kompresi dianggap adiabatik, yaitu tidak ada pemasukan dan pengeluaran panas. Perhitungan pada langkah ini, harus diketahui nilai
eksponen adiabatik untuk reaktan (k). Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Mencari
temperatur pada langkah kompresi digunakan rumus:
Dimana :
T1 = Temperatur akhir langkah
hisap (K)
T2 = Temperatur pada saat langkah
kompresi (K)
P1 = Tekanan akhir langkah hisap (kg/m2)
P2 = Tekanan pada saat langkah kompresi
(kg/m2)
3.
Proses
Pembakaran
Proses pembakaran
adalah proses pemasukan kalor pada campuran bahan bakar dengan udara yang telah
dikompresikan. Perhitungan kalor yang masuk ke silinder dapat dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Qm = Gf. Qc. = Ga . f . Qc (Arismunandar W, 2002: 28)
Dimana :
Qm = Besarnya kalor yang masuk pada proses
pembakaran (kkal/jam)
Gf = Jumlah bahan bakar yang masuk ke silinder
(kg/jam)
Qc = Nilai kalor bawah bahan bakar (kkal/kg)
Ga = Jumlah udara yang masuk ke silinder
(kg/jam)
f = Perbandingan bahan bakar-udara
= Gf/Ga
Jumlah udara yang masuk ke dalam
silinder selama langkah hisap adalah :
Dimana :
Ad = Luas penampang
penturi (m2)
Ad =
g =
Gaya gravitasi
Jumlah campuran bahan bakar dengan udara
yang masuk ke silinder adalah :
G
= Gf + Ga (kg/jam) (Khovakh,
1971: 268)
Dimana
:
G = Jumlah campuran udara dan bahan bakar
yang masuk ke silinder
(kg/jam)
Gf
= Jumlah bahan bakar yang masuk ke silinder
= F/A. Ga (kg/jam)
F/A
= Perbandingan bahan bakar dengan udara (1:15)
Besarnya
kerapatan udara ini dapat diperoleh dari hubungan:
P.V
= G.R.T (H
Sunarto Untung : 6)
Dimana
Temperatur akhir dari proses pembakaran
dapat diketahui dengan rumus:
(H Sunarto
Untung : 12)
|
Dimana :
G =
Banyaknya campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke
silinder (kg/jam)
Cv =
Panas jenis campuran udara dan bahan bakar pada volume
konstan (kkal/kgK)
Cv =
(H Sunarto Untung : 13)
Dimana :
J
= Faktor pengubah satuan = 425 kgm/kkal
Rm = 27,91 kgm/
K
Cpm = Panas jenis campuran bahan bakar
dan udara
=
(H
Sunarto Untung : 13)
Dimana :
Cpu
= 0,22 + 0,0000306 . T
Cpbb = 0,105 + 0,000486 . T (Obert, 1968 : 721, Diktat Motor Bakar :
13)
Persamaan di atas hanya
berlaku untuk satuan british, sehingga untuk menghitung harus dikonversikan
dahulu kesatuan british lalu hasilnya dikembalikan kesatuan matrik.
Tekanan akhir pada proses pembakaran
dapat diketahui dengan rumus:
(H Sunarto
Untung : 14)
|
Dimana :
P2 =
Tekanan pada saat langkah kompresi (kg/m2)
T2 =
Temperatur pada saat langkah kompresi (K)
T3 =
Temperatur akhir proses pembakaran (K)
P3 = Tekanan pada akhir proses pembakaran
(Kg/m2)
4.
Langkah
Usaha
Langkah
usaha adalah langkah yang mengubah tekanan hasil pembakaran menjadi gerakan
mekanis dengan menggunakan perantaraan torak.
Pada langkah ini tidak terjadi pemasukan dan pengeluaran kalor, maka
kerja dianggap adiabatis. Untuk perhitungan pada langkah ini, nilai k yang
digunakan adalah k produk.
Tekanan pada akhir langkah usaha dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(H Sunarto
Untung : 15)
|
Dimana :
Temperatur pada
akhir langkah usaha dapat dicari dengan rumus:
(H Sunarto Untung : 15)
|
5.
Langkah
Buang (Pengeluaran Kalor)
Setelah
torak mencapai TMB, sejumlah kalor dikeluarkan dari silinder. Proses ini
berlangsung pada volume konstan. Jumlah kalor yang dikeluarkan adalah:
(H Sunarto
Untung : 16)
|
Dimana :
Qk = Jumlah
kalor yang dikeluarkan (Kkal/jam)
G = Banyaknya campuran udara dan bahan bakar
yang masuk ke dalam
silinder (Kg/jam)
Cv = Panas jenis
campuran udara dan bahan bakar pada volume konstan
(Kkal/Kg K)
Selanjutnya
pada proses langkah buang, gas sisa didorong ke luar oleh piston yang bergerak
dari TMB ke TMA pada tekanan konstan.
Besarnya efisiensi siklus Motor bakar Otto adalah :
(Arismunandar W, 2002 : 22)
|
6.
Pembilasan
(Scavenging)
Motor dua
langkah gas buang didesak didesak keluar dari dalam silinder melalui lubang
buang oleh udara atau campuran bahan bakar-udara yang dimasukan kedalam
silinder. Sudah tentu ini akan menyebabkan sebagian dari campuran bahan
bakar-udara akan ikut keluar bersama dengan gas buang. Motor bensin dua langkah
ini barang tentu sangat merugikan sebab bahan bakar terbuang percuma. Motor Diesel hanya udara yang melakukan
pembilasan sehingga hanya ada kerugian daya pembilasan saja. Berdasarkan hal
tersebut motor dua langkah banyak digunakan motor Diesel yang besar atau pada motor Otto berukuran kecil.
Jumlah bahan
bakar yang dapat terbakar tergantung pada jumlah udara yang ada didalam
silinder. Kita tinjau berapa banyak udara yang masuk kedalam silinder selama langkah
hisap. Perlu diketahui, udara yang masuk kedalam silinder menyerap kalor dari
katup hisap, dinding silinder, serta bagian lain yang panas. Temperatur udara
menjadi lebih tinggi daripada temperatur udara atmosfer sehingga berat jenisnya
menjadi lebih rendah. Dalam keadaan ideal jumlah udara yang masuk kedalam
silinder untuk motor dua langkah adalah sebagai berikut:
Gai
= Vt ×
ai
× z × n × 60 (Arismunandar
W, 2005:107)
Dimana:
Gai
= berat udara mengalir masuk kedalam
mesin yang ideal, kg/jam
Vt = volume total dari satu
silinder
= VL ( r/r-1 ). m3 (Arismunandar W,
2005:107)
z
= jumlah silinder
n
= putaran poros engkol, rpm
r = perbandingan kompresi
Motor
dua langkah perbandingan antara jumlah udara yang mengalir kedalam silinder
yang sebenarnya terhadap yang ideal merupakan ukuran tentang banyaknya
kelebihan udara yang diperlukan untuk melaksanakan pembilasan. Angka
perbandingan tersebut disebut perbandingan pembilasan, Rp. Jadi:
Rp =
(Arismunandar
W, 2005:109)
Dimana:
c = kecepatan torak rata-rata, m/menit
AT = luas penampang silinder
Ga = berat udara mengalir
masuk kedalam mesin yang sebenarnya, kg/jam
Berapa banyak
udara atau campuran bahan bakar udara yang tertinggal didalam silinder. Jumlah
tersebut sangat menentukan besarnya daya yang dapat dihasilkan motor. Perlulah
didefinisikan parameter yang lain yaitu efisiensi pembilasan, ηp.
ηp =
(Arismunandar
W, 2005:109)
Ga tinggal = berat udara yang tinggal
didalam silinder.
Efisiensi
pembilasan akan menunjukan seberapa jauh gas pembakaran dapat diganti oleh
udara atau campuran bahan bakar-udara, justru pada saat pembilasan selesai.
Hubungan
antara Rp dan ηp dapat diperkirakan dengan mempergunakan
persamaan:
ηp=
(Arismunandar
W, 2005:109)
Hubungan tersebut sebenarnya bergantung pada bentuk,
ukuran, dan susunan lubang buang dan lubang isap. Bentuk kepala torak/piston,
kepala silinder, dan ruang bakar. Kecepatan torak; saat pembukaan dan penutupan
lubang buang dan isap dan sebagainya.
Harga
Rp bertambah kecil apabila kecepatan torak bertambah tinggi,
disamping itu Rp bergantung pada perbandingan tekanan buang terhadap
isap. Makin besar perbandingan tersebut maka makin besar juga harga Rp.
Biasanya harga Rp berkisar antara 0,8 dan 1,4.
Apabila
f’ adalah perbandingan bahan bakar dan udara yang tinggal di dalam silinder dan
η’e adalah efisiensi termal berdasarkan energi bahan bakar yang ada
didalam silinder, maka daya poros yang dihasilkan adalah
Ne=
η’e.ηp.f’.Qc.VL.
.zn
(Arismunandar W,
2005:110)
Dan
Pe
rata-rata = η’e.ηp.Gai.f’.Qc
=
η’e.ηp.f’.Qc.
(Arismunandar W, 2005:110)
Konstruksi motor dua
langkah dengan pembilasan ruang engkol (crankcase
scavenging) adalah yang paling sederhana. Udara pembilas yang ada didalam
ruang engkol ditekan oleh torak setiap kali torak itu bergerak dari TMA ke TMB.
Saat torak akan membuka lubang buang, pada saat itu tekanan gas gas buang lebih
besar dari pada tekanan udara atmosfer maka gas buang akan keluar dari
silinder. Torak akan berangsur membuka lubang isap dan mengalirkan udara atau
campuran bahan bakar dan udara dari ruang engkol kedalam silinder melalui
lubang tersebut. Gerakan dari TMB ke TMA, berangsur torak menutup lubang isap
dan sesudah itu menutup lubang buang sehingga terjadi langkah kompresi. Volume
ruang engkol akan menjadi besar yang disebabkan pergerakan torak yang menuju
TMA ini mengakibatkan tekan menurun lebih rendah dari tekanan udara atmosfer,
maka terhisaplah campuran udara dan bahan bakar ke ruang engkol melalui lubang
pada dinding silinder dibawah torak yang pada waktu tersebut tidak dalam
keadaan tertutup oleh torak. Selama itu terdapat hubungan antara saluran isap
dengan ruang engkol (torak berada disebelah atas lubang isap).
Gambar 2.10 Pembilasan Ruang Engkol (Crankcase Scavenging)
(Arismunandar W, 2005:112)
Proses pengisapan
campuran bahan bakar dan udara kedalam ruang engkol akan berhenti setelah
lubang isap tertutup kembali oleh torak, yaitu pada saat torak bergerak kembali
dari TMA ke TMB. Dengan cara pembilasan seperti ini tidak dapat diharapkan
tercapai Pe rata-rata
yang tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan pompa bilas khusus.
Umumnya
pembilasan ruang engkol digunakan pada motor dua langkah berukuran kecil saja.
Bahan bakarnya dicampur dengan pelumas dengan perbandingan 20:1, ini
dimaksudkan agar campuran tersebut sekaligus berfungsi sebagai pelumas poros
engkol dan dinding silinder. Gas buang yang dihasilkan sudah tentu tidak dapat
diharapkan bersih. Motor dua langkah dengan pembilasan ruang engkol, tekanan
dari campuran yang masuk ke dalam silinder tidak banyak berbeda dengan tekanan
buang, oleh karena itu perbandingan pembilasan Rp selalu lebih kecil
dari satu.
Kebaikan
proses bilas sangat bergantung pada kebersihan saluran buang. Prestasi motor
dua langkah sangat peka terhadap kondisi saluran isap dan saluran buang. Adanya
endapan atau kerak pada lubang isap, lubang buang serta saluran buang akan
mengganggu kelancaran proses pembilasan. Berdasarkan kesulitan dan kerugian
pembilasan pada motor dua langkah, boleh dikatakan pada kecepatan torak
rata-rata dan kondisi operasi serta ukuran mesin yang sama, motor dua langkah hanya
dapat menghasilkan kurang lebih 1,6 kali daya motor empat langkah.
H.
Prestasi
Motor
Motor
bakar adalah suatu motor yang mengkonversi energi dari energi kimia menjadi
energi mekanik, jadi daya yang berguna
akan langsung dimamfaatkan sebagai penggerak daya pada poros. Proses perubahan energi dari mulai proses
pembakaran sampai menghasilkan daya pada
poros motor bakar melewati beberapa tahapan dan tidak mungkin perubahan
energinya 100%. Selalu ada kerugian yang
dihasikan dari selama proses perubahan, hal ini sesuai dengan hukum termodinamika kedua yaitu
"tidak mungkin membuat sebuah mesin yang
mengubah semua panas atau energi yang masuk memjadi kerja". Jadi
selalu ada "keterbatasan" dan
"keefektifitasan" dalam proses perubahan, ukuran inilah yang dinamakan efisiensi.
Kemampuan mesin motor bakar untuk
merubah energi yang masuk yaitu bahan
bakar sehingga menghasilkan daya berguna disebut kemampuan motor atau
prestasi motor. Gambar 2.11 adalah
penggambaran proses perubahan energi bahan bakar.
Gambar 2.11 Keseimbangan Energi
Pada Motor Bakar
Motor bakar tidak mungkin mengubah semua
energi bahan bakar menjadi daya berguna.
Dari gambar terlihat daya berguna bagiannya hanya 25% yang artinya mesin hanya mampu menghasilkan 25% daya
berguna yang bisa dipakai sebagai
penggerak dari 100% bahan bakar. Energi yang lainnya dipakai untuk
menggerakan aksesoris atau peralatan
bantu, kerugian gesekan dan sebagian terbuang ke lingkungan sebagai panas gas buang dan melalui air
pendingin.
Prestasi motor adalah
kemampuan dari suatu motor dalam mencapai performance
yang baik. Performance itu sendiri
yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara daya (power), kecepatan (speed) dan konsumsi bahan bakar (fuel consumtion).
Prestasi motor
dapat ditentukan atau dinilai dalam dua metode, yaitu:
1.
Metode perhitungan analisis (analytical calculation), metode ini
didasarkan atas data teoritis. Berdasarkan spesifikasi engine, penulis menggunakan metode ini untuk menentukan prestasi
motor.
2.
Metode percobaan (experimental method), metode ini merupakan data-data hasil
pengujian engine.
1.
Daya
Motor
Daya
merupakan suatu gaya penggerak yang berasal dari gas pembakaran yang merubah
gerak translasi torak menjadi rotasi pada poros engkol. Gerak translasi
merupakan daya indikator sedangkan gerak rotasi atau daya poros merupakan daya
yang digunakan untuk menggerakan beban.
Arismunandar
W (2005:32) menjelaskan bahwa “ sebagian dari daya indikator yang dibutuhkan
untuk mengatasi gesekan mekanik (gesekan antara torak dan dinding silinder,
gesekan antara poros dan bantalannya, dan lain-lain)”. Daya indikator juga
dimanfaatkan sebagai daya untuk menggerakan beberapa kelengkapan motor seperti
pompa pelumas, pompa air pendingin, pompa bahan bakar dan generator. Wiranto
menjelaskan daya poros dapat dituliskan dengan rumus:
Ne=
Ni-(Ng+Na) (Arismunandar
W, 2005:32)
Dimana:
Ne=
daya poros atau daya efektif (PS)
Ni=
daya efektif (PS)
Ng=
daya gesekan (PS)
Na=
daya aksesoris (PS)
Parameter-parameter
seperti daya poros efektif, momen punter, dan pemakaian bahan bakar spesifik
efektif dijelaskan oleh Arismunandar W. (2002:32) dengan menggunakan persamaan
berikut ini:
a.
Daya Poros Efektif
Ne= Ni x ηmek (Arismunandar
W, 2002:32)
Dimana
akan ada beberapa kerugian dari motor seperti pompa pelumas, pompa air
pendingin, pompa bahan bahar, dan lain-lain. Wiranto menjelaskan bahwa daya
poros:
Ne= daya poros efektif (PS)
ηmek= 0,70- 0,85
% (Arismunandar
W, 2005:36)
Ni= daya indicator (PS)
b.
Momen Puntir
Besarnya
momen puntir dari suatu motor tergantung pada daya dan putarannya, dilambangkan
dengan T.
T=
(Arismunandar
W, 2005:32)
T= momen punter (Kg.m)
Ne= daya poros efektif (PS)
n= putaran poros engkol per menit
c.
Pemakaian Bahan Bakar Spesifik Efektif
Bahan
bakar spesifik efektif (Be) merupakan pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi
tiap jam untuk menghasilkan satu satuan daya kuda. Pemakaian bahan bakar
spesifik efektif dapat diperoleh dengan rumus.
Be=
(Kg/PS.jam) (Arismunandar W, 2005:34)
Dimana:
Be = pemakaian bahan bakar spesifik
efektif (Kg/PS.jam)
Gf = jumlah bahan bakar yang masuk
ke dalam silinder (Kg/jam)
Ne = daya efektif (PS)